Jangan biarkan aku sendiri tanpamu ..
Aku akan tetap disini menunggu ibu, aku tak kan pernah pergi sampai ibu kembali dan menyeka air mataku yang selama ini menemaniku menunggu ibu.
Ku tunggu ibu di stasiun
Pagi ini ibu pulang dari solo. Aku tak sabar menunggu ibu datang.
“Nanti jemput ibu ya sayang”, itu pesan ibu 6 hari yang lalu sebelum ibu pulang kampung. Karena keluarga di Solo tidak ada yang punya handphone aku jadi tidak bisa berkomunikasi dengan ibu. Aku rindu sekali dengannya.
Pukul 9 pagi aku tiba di stasiun, aku duduk di barisan paling depan.
Kereta api silih berganti, ada yang datang ada yang pergi. Kereta jurusan Solo-Jakarta pun sudah 3 kali datang, tapi ibu tidak juga terlihat.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, aku masih saja duduk disini. Aku harap ibu akan datang, aku akan selalu disini menunggu ibu, aku takut jika aku pulang ibu akan mencariku, aku takut ibu kelelahan. Ibu aku masih disini untuk ibu.. aku harap masih ada kereta jurusan Solo-Jakarta yang akan tiba malam ini.
“Permisi pak, mau tanya, apa kereta jurusan Solo-Jakarta masih ada yang tiba malam ini?”. Tanyaku pada satpam stasiun.
“owh ada mba, masih ada satu kereta jurusan Solo-Jakarta yang akan tiba malam ini pukul 23:05”. Jawab pak satpam.
“terimakasih ya pak”, sahut ku dengan wajah penuh harapan, harapan bahwa penumpang dari kereta terakhir ada ibu juga .
Aku duduk dan menunggu kembali dengan penuh harap. Tapi saat kereta tiba ibu tak juga datang. Semua penumpang berlarian mncari sanak keluarganya, keluarga yang menjemputpun sudah semakin sedikit. Aku masih saja mencari bu, aku terus mencari ibu.. “ibu kau dimana?”. ucapku lirih .
Tepat pukul 23:45 semua orang yang menunggu tak lagi ada. Keretapun tak ada yang datang dan pergi lagi. Semua orang sudah pulang, tinggal aku sendiri, hanya aku sendiri. Aku masih menunggu ibu, aku tak ingin ibu kelelahan. Ibu,, ibu dimana ?..
ini hari ke-4 aku disini ibu, aku masih menunggu ibu. Tapi kenapa ibu bekum datang juga ?. semua orang memandangiku dengan rasa heran, terutama satpam stasiun yang memang sudah sering melihatku di stasiun itu.
ini hari ke-4 aku disini ibu, aku masih menunggu ibu. Tapi kenapa ibu bekum datang juga ?. semua orang memandangiku dengan rasa heran, terutama satpam stasiun yang memang sudah sering melihatku di stasiun itu.
***
Seperti buasa pukul 23:45 stasiun sudah kembali sepi. Ibu tak juga datang, dan aku juga tak ingin beranjak dari tempat itu. Ibu aku masih disini menunggu ibu.
“Billa...”
Aku mendengar suara lembut memanggil namaku dari arah belakang. Aku menoleh.
Aku terkejut saat ku mendapati ibu dihadapanku.
“ibu,, ibu sangat cantik. Ibu,, Nabila kangen ibu.”
Tiba-tiba saja airmataku terjatuh, aku berlari dan berhambur di pelukan ibu. Ibu,, Billa kangen ibu, Billa selalu menunggu ibu disini. Ibu, Billa mohon ibu jangan pergi lagi.
“Billa, pulanglah sayang. Kamu tak perlu menunggu ibu lagi disini. Pulang dan istirahatlah sayang”. Ujar ibu.
“ibu,, kenapa ibu bicara seperti itu?. Apa ibu tidak suka jika aku menunggu ibu disini?. Ibu, aku tidak mau pulang tanpa ibu. Ibu, ayo kita pulang, ibu pasti lelah, ayo ibu”.
“tidak Nabila, ibu tidak bisa pulang, lebih baik kamu saja yang pulang, ini sudah larut malam, tidak baik untukmu, pulanglah sayang. Tidak perlu menghawatirkan ibu. Ambil ini nak, simpanlah selendang ini, ini untuk kamu”. Ujar ibu dengan mata berkaca-kaca sambil memberikan selendang biru padaku.
Tanpa sadar pandanganku jatuh pada sebuah televisi di koridor stasiun yang sedang menayangkan sebuah berita. Seorang ibu tertabrak kereta api saat hendsak menyebrangi rel di stasiun kota Solo. Naas sekali !. kecelakaan itu membuat si ibu setengah baya meninggal dunia, bagian tubuh si ibu itu hancur, wajahnya pun penuh darah. Aku heran, mengapa aku jadi merasa sedih, ibu pun terlihat sedih, dan ibu menangis, aku tak mengerti kenapa ibu menangis.
“Ibu kenapa?, kenapa ibu menangis?”. Tanyaku keheranan.
“Lihatlah berita itu sayang” ujar ibu terbata-bata.
Seketika aku kembali menoleh ke sebuah televisi itu, camera para wartawan tepat mengenai wajah ibu setengah baya yang menjadi korban kecelakaan itu. Aku terkejut, aku menangis, tak dapat ku percaya, perempuan itu. Perempuan itu? Dia, di, dia,, suaraku terbata-bata lalu terhenti begitu saja, pandanganku tiba-tiba saja menjadi gelap. Tubuhku terjatuh, lemas tak berdaya .
***
Aku terbangun, ku dapati banyak orang mengerumuniku, aku tak tahu apa yang terjadi, aku kan hanya tertidur, mengapa mereka mengerumuniku?. Fikirku heran.
“Alhamdulillah mba sudah sadar, tadi malam saya menemukan mba pingsan di lantai”. Ujar satpam stasiun.
“pingsan ?, saya tidak pingsan, tadi malam saya tertidur dan saya bertemu ibu. Apa pak satpam melihat ibu saya?”. Tanyaku pada satpam itu.
“Ibu mba?, tidak. Saya tidak melihat ada orang lain selain mba disini tadi malam”. Jawab satpam itu dengan raut wajah heran.
“berarti saya hanya bermimpi, alhamdulillah. Berarti berita tadi malam di televisi tidak benar.
***
Tiba-tiba saja aku tersadar selendang biru yang ibu kasih tadi malam ternyata benar-benar ada. Selendang biru itu aku peluk ert dalam dekapanku, dan ternyata pertemuanku dengan ibu tadi malam bukan sebuah mimpi. Lalu berita itu ...?
Kemudian para polisi menghampiriku, membawa sebuah kabar tentang ibu. Dan ternyata ibu...
***
Ibu, aku tidak akan berhenti menunggu ibu disini. Aku akan tetap menunggu ibu, aku tak akan beranjak dari stasiun ini. Aku akan selalu menunggu ibu. Aku tidak akan pergi sampai ibu benar-benar kembali dan menyeka air mataku yang selama ini menemaniku menunggu ibu. Ibu,, aku tak akan pergi dari sini. Aku akan selalu tunggu ibu di stasiun ini, sampai ibu datang kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar