assalamualaikum

Senin, 22 Oktober 2012

dear senja


Dear Senja
Senja...
Aku mengenalnya dari sebuah akun facebook. Suatu perkenalan yang ku akui sangat tidak baik, suatu perkenalan yang terjadi dengan cara yang salah, cara yang tak aku sukai. Ya, dari facebook. Facebook yang mengawali semua kisah ini. Kisah yang awalnya ku akui sangat indah, namun berakhir luka. Aku pun tak menyangka, perkenalan yang tak aku harapkan menjadi sebuah hubungan yang sangat aku inginkan. Sangat aku inginkan menjadi sebongkah cerita yang tak pernah berakhir. Malam tadi adalah malam pertamaku bertemu langsung dengan Senja, dan sore ini adalah sore pertamaku menyandang status ‘relationship’ bersama Senja. 
14.03.2011
Dear Senja,,,
       Aku tak pernah menyangka dapat mengenalmu sedekat ini, juga lebih tak menyangka dapat memilikimu di hidup yang amat singkat ini. Yang jelas aku sangat bahagia, seperti menari di bawah sinar warna senja.
            Senja,,, aku tak pernah bermimpi dapat bersamamu selamanya, karena yang aku inginkan bukanlah mimpi. Tapi kenyataan.
***
       Sejak mengenal Senja aku merasa perubahan akan diriku. Aku lebih sering membuang waktuku hanya untuk Senja. Hanya untuk Senja.
Semua hari hanya aku lewati bersamanya. Senja sudah sangat melekat dalam hatiku. Seperti nafas, aku sangat membutuhkan dia. Aku tak ingin sesuatu pun merenggutnya dari sisiku. Bagiku dia adalah sosok penyemangatku, seseorang yang selalu membuatku merasa bahagia. Seseorang yang berperan sebagai sumber inspirasi dalam kenangan manisku. Karenanya, aku selalu mengabadikan semua moment yang terjadi dengan aku dan Senja, lewat tulisan dalam sebuah diary.
19.03.2011
Dear Senja,,,
         Malam ini kau membawaku ke tempat yang sejak dulu sangat aku sukai. Aku berharap malam ini tak pernah berakhir, sama seperti harapanku dengan cinta kita.
Aku rela selamanya harus berjalan di tengah derasnya hujan, di tengah dinginnya kota Bogor. Yang penting itu bersamamu, seperti malam ini.
***
         Senja selalu membuatku tersenyum, Senja selalu membuatku merasa bahagia, merasa sempurna. Aku sangat mencintai Senja, aku yakin dia pun sama. Satu hari, dua hari, tiga hari, bahkan sampai pada hari ke tiga puluh satu, Senja selalu membuatku bahagia. Senja memberikan seutuhnya waktu dan kasih sayangnya padaku, sesuatu yang tak pernah ku dapat dari sosok pangeran lain.
***
14.04.2011
Dear Senja,,,
      Aku sangat mencintaimu, seperti kupu-kupu mencintai madu. Aku sangat merindukanmu, seperti siang merindukan malam. Seperti mentari merindukan bulan, aku yakin kau pun sama. Senja, aku tak ingin berhenti mencintaimu walau sekejap saja dalam kesadaranku. Aku ingin kamu selalu ada disini di hatiku.
            Happy anniversary sayang, semoga kita bisa saling mengerti, saling menyayangi, dan saling memafkan.
***
        Satu bulan berlalu, semua berjalan lancar dan baik-baik saja. Senja tak pernah membuatku sedih sekalipun dalam satu bulan itu. senja selalu membawaku ke tempat yang aku sukai. Senja tau, aku sangat menyukai alam. Senja selalu berusaha memberikan moment terindah dalam hidupku. 35 hari yang lalu Senja membawaku kembali menikmati kesejukan Bogor. Curug Cilember tepatnya. Aku dan Senja mandi di bawah rintikan air terjun curug Lima, di bawah keindahan sinar pelangi. Tak ada yang membuatku merasa lebih bahagia selain hari itu. 27 hari yang lalu Senja membawaku pergi ke Ragunan, Senja selalu tahu hari apa saja yang membuatku merasa sedih dan bosan. Ia tak pernah membiarkan hari-hariku menjadi seperti itu. Ia selalu membawaku ke tempat yang mampu membuatku ceria kembali.
            Hari ini Senja membawaku kembali melabuhkan rasaku di tengah kesejukan kota Bogor, rasa yang tak mampu ku labuhkan selain disini bersama Senja. Di Paralayang.
        Tapi malam ini ada sesuatu yang membuat Senja berubah, sejak ia menerima telefon dari seorang wanita. Aku sendiri pun tak tahu siapa wanita itu. tapi sepertinya Senja sangat dekat dengan wanita itu.
           Dalam hitungan hari hubunganku dengan Senja masih baik seperti sedia kala. Tapi setelah hitungan bulan, hubungan kami mulai renggang. Aku mulai merasakan Senja yang dulu mulai berubah. Senja yang hangat, Senja yang perhatian, Senja yang rela membuang waktunya untukku, menjemputku di tengah pagi buta, di saat kantuk belum sempat ia tumpahkan dalam pejaman matanya selama semalaman. Senja yang rela mengurangi jam istirahatnya untuk mengajakku makan siang. Senja yang rela tak tidur siang demi menemaniku mengetik laporan sekolah. Senja yang rela panas-panasan, hujan-hujanan, walau lelah, walau bosan, demi aku, hanya demi aku.
  Senja,,, hatiku terus memanggil namanya, menjerit dalam hati, menangis, memberontak, memaki kenyataan. Senja,,, satu kerinduan yang terukir lembut dalam bentuk wajahnya, kini semua sirna. Kini Senja redup, Senja telah hilang. Aku tak tahu mengapa Senja dengan mudahnya melupakanku. Aku tak tahu alasan apa yang tersimpan di balik perubahan itu. apa Senja hanya salah paham dengan pria yang tengah mendekatiku saat itu. atau ada wanita lain yang Senja ukir dalam hatinya. Wanita yang telah sekian lama menunggu Senja. Menunggu Senja meninggalkanku untuk dirinya.
Senja,,, aku menyebut namanya lagi dalam isak tangisanku. Sungguh, aku tak pernah mau merelakannya pergi, aku tak mau membiarkan Senja berlalu, meninggalkanku sendiri disini. Membiarkanku hidup hanya dengan bayang-bayang Senja. Senja,,, aku terus menangisinya, menangisi sosok yang kini bukan lagi milikku. Ia pergi dan memintaku untuk melupakannya. Ia bilang, ia tak ingin menyakitiku lagi. Sungguh, aku tak mau itu terjadi, aku tak mau Senja berkata seperti itu, aku tak pernah merasa kau menyakitiku Senja. Sekalipun itu iya, aku rela, aku rela walau terus kau sakiti, asal kau ada disini, asal kau tetap denganku, aku hanya ingin kau disini, menemaniku, disisiku. Aku tak ingin kau pergi, aku hanya ingin kau kembali. Hatiku terus menggerutu, terus protes, bukti tak menerima kenyataan yang ada. Tapi Senja tak lagi perduli, Senja tak lagi melirikku disini, Senja tak perduli berapa banyak tetesan air mata yang jatuh untukknya. Senja tak pernah mau tahu bagaimana perasaanku saat ini dan untuk seterusnya jika harus ku jalani waktu tanpa dirinya. Tapi aku tahu, Senja tak ingin aku terus tersakiti, dalam sikapnya yang sekarang, Senja tak ingin aku terus menangisinya, Senja ingin aku tetap tersenyum walau harus tanpa dirinya. Senja ingin aku belajar dari sebuah pengalaman, Senja ingin aku menjelma jadi gadis dewasa, yang mau menerima keadaan yang sebenarnya. Dan Senja ingin aku hidup bersama orang yang tulus menyayangiku, Senja tak ingin aku bergantung dan bermanja dengan orang yang tak mau menerimaku dengan sungguh, seperti dia. Kini aku tersadar, cinta yang sesungguhnya adalah cinta yang mampu di ungkapkan lewat pengorbanan, lewat air mata, cinta yang rela menangis dan terluka demi melihat orang yang di cintanya bahagia. Cinta yang bukan di ungkapkan hanya lewat kata.
***
04.07.2011
Dear Senja,,,
            Ini malam terakhir kau menemuiku sebagai Senja, Senja yang selalu ingin melihatku baik-baik saja, Senja yang tak ingin aku terluka, terluka karena memilih hidup dalam bayang-bayangmu. Senja... malam ini aku tak dapat berkata lagi padamu, bibirku terbungkam membisu. Senja, aku harap malam ini tak pernah berakhir, seperti dulu, tapi malam ini lebih memilih berakhir jua, seperti kisah kita. Kisah kita yang tak dapat berakhir sempurna.
Senja,,, jika kau pergi karena menganggapku berani menghadapi hari tanpamu, kamu salah ! jangankan untuk menghadapi hari yang tak terhitung jumlahnya, untuk menhadapimu saja aku tak berani, untuk berbicara langsung padamu saja aku tak berani. Aku tak berani mengatakan perasaanku yang sesungguhnya padamu hari ini. Aku hanya seorang pengecut, yang tak berani menahanmu untuk tetap singgah disisiku, yang tak berani berkata padamu. Hanya lewat kertas ini, hanya lewat tulisan ini, aku berani mengungkapkannya. Mengungkapkan rasa sakit yang sedari tadi ku tahan, menahan rasa yang membuat dadaku sesak. Senja,,, malam ini kau kembali disini, di sisiku, tapi setelah ini kau tak akan ada lagi. Kau akan pergi selamanya, tak akan lagi kembali. Senja, sekali lagi kau memaksaku untuk menangis.
***
            Satu bulan, dua bulan, tiga bulan, sampai pada ke tujuh bulan, kau pergi meninggalkanku. Harusnya aku mengadakan acara selametan di bulan ini, seperti para ibu-ibu hamil. Senja, sudah lebih dari setengah tahun kau pergi, tapi aku belumjuga bisa melupakanmu, selama itu juga aku tak bisa membuka hatiku untuk orang lain selain kamu. Entah mengapa, apa aku takut terluka lagi, atau aku terlalu takut tak dapat mengingatmu lagi setelah ada sosok penggantimu, atau bahkan aku yang tak laku-laku.
Aku tak tahu, tak pernah tahu, mungkin Tuhan sedang mempersiapkan seseorang yang lebih baik darimu. Aku yakin, kau pun yakin, kita sama-sama yakin untuk saling melupakan, dan kita telah sama-sama siap untuk saling menggantikan.
***
30.01.2012
Dear Senja,,,
            Senja,,, aku tak tahu mengapa hari ini aku merasa sangat lemah, sangat lemah untuk terus melangkah, menjejakkan kakiku di atas tanah yang dulu sempat mempertemukan kita. Senja kau tahu, hari ini aku sangat merindukanmu. Sangat merindukanmu. Aku tak tahu mengapa, mengapa aku sebodoh ini, hingga berani merasakan hal hina seperti ini, merasakan rasa yang tak pantas aku rasakan, rasa rindu.
Senja,,, aku tahu, kau tak mungkin merasakan hal yang sama, aku tahu aku tak mungkin mendapatkan jawaban yang sama, tapi paling tidak aku telah mengungkapkannya, mengungkapkan rasa yang tak lagi dapat ku bendung. Mengungkapkan rasa yang telah memaksaku menangis lagi.
            Senja,,, aku kembali memanggil namanya. Kali ini dengan nada yang lebih kencang, seperti ada yang ingin ku ucapkan padanya. Senja,,, akh suaraku terhenti, aku tak sanggup berkata lagi. Air mataku mengalir lagi, membasahi kedua belah pipiku.
Bodoh sekali aku !, hatiku memaki diriku sendiri. Sudah satu tahun lamanya aku belum juga bisa melupakannya. Melupakan Senja. Aku masih tak rela Senja pergi meninggalkanku untuk wanita itu. wanita yang sangat ku benci. Aku juga tak tahu apa semua akan lebih baik jika bukan dengan wanita itu, atau semua akan sama saja. Entahlah.
***
14.03.2012
Dear Senja,,,
            Kau tahu Senja ? kau pasti tahu. Sampai detik ini aku selalu cemburu jika melihat fotomu dengan wanita itu. aku belum bisa melupakanmu walau telah satu tahun lamanya. Harusnya kita sedang merayakan hari ini bersama yah, hari jadi kita. Kau pasti lupa, kau tak akan ingat, janji yang kau ucap satu tahun silam, saat kita masih bersama.
Tak banyak yang ingin ku tulis di hari ini Senja, aku hanya ingin aku menangis. Aku ingin menangisi hari yang tak seharusnya terjadi. Aku benci hari ini Senja, aku benci.
***
            Aku menutup lagi diaryku, dan berlari berhambur menuju tempat tidurku. Aku terpaku di sudut pojok ruang kamarku, di atas kasur berwarna biru, di pelukan si panda, aku menangis, lagi-lagi menangisimu Senja, entah sudah berapa banyak air mata yang terbuang untukmu. Sunguh aku menyesali hari ini, hari yang tak seharusnya terjadi, hari yang seharusnya tak menjadi moment terindah di tahun lalu, seharusnya ku biarkan berlalu, bukan bertahan disini, di hatiku.
***
29.06.2012
Dear Senja,,,
            Bulan ini satu tahun yaah kita putus ?, kamu pasti sudah lupa denganku, iya kan ?. tapi aku tidak, aku masih mengingatmu. Memoryku tersedia banyak untuk menyimpan namamu dan semua tentangmu. Senja, bulan ini aku tak lagi sendiri, hari ini hari jadiku bersama Nico, hari jadi yang ke enam bulan. Aku belum cerita ya sama kamu, tapi aku yakin kamu sudah tahu. Nico adalah kekasih baruku setelah kamu, tapi dia bukan penggantimu, karena aku tak ingin mencintai dia hanya untuk menggantikanmu. Aku ingin mencintai dia seperti semut mencintai gula. Seperti kali kecil yang terus mengalir hingga ke lautan.
***
            Pagi ini aku merasa sendirian, aku enggan keluar kamar. Aku ingin mengurung diri. Aku ingin menjadi boronan sehari. Aku tarik sebuah buku diary berwarna biru milikku. Aku membuka lembaran demi lembaran kertas-kertas dalam diary itu. kertas yang telah terpenuhi oleh goresan pulpen tentang dirimu. Senja ku yang redup.
Hari ini aku hanya ingin membaca, dan mengingat tentang dirimu, aku tak ingin menulis, aku tak ingin berbagi rasaku hari ini. Diary,,, hari ini aku libur dulu yaa jadi agen, aku sedang ingin merasakan, bukan mengungkapkan. Ucapku dalam hati.
Aku mulai membaca kalimat-kalimat di lembaran pertama, sampai pada kalimat di lembaran terakhir. Aku harap aku tak menangis. Tapi aku masih terlalu lemah untuk hal ini. Lagi-lagi harapanku pupus, dn akhirnya aku menangis lagi. Diary,,, aku tutp lagi yaa, terimakasih telah menjadi teman terbaik untukku, yang selalu setia menemaniku dan mendengarkan keluh kesahku. Aku tersenyum, dan menutup kembali diaryku.
***
            Aku meneruskan kembali kehidupanku, sungguh aku tak ingin terus hidup dalam masa lalu. Aku menyimpan rapat diaryku dan semua kenangan manis tentang Senja. Aku tak ingin menyakiti Nico lebih dari ini. Nico sudah terlalu baik padaku, tak pantas aku membagi hatiku yang seharusnya hanya untuk Nico, tapi malah terbagi untuk Senja.
Nico selalu memberi seutuhnya waktu yang ia miliki untukku, Nico adalah orang yang rela tersakiti demi melihatku tersenyum. Nico maafkan aku, maafkan aku yang tak seutuhnya baik untukmu. Aku harap kau tak akan berhenti mencintaiku seperti Senja. Aku harap selamanya rasa yang kau beri untukku tak pernh berkurang walau sedikit saja. Tak akan habis di lekang waktu.
***
Beberapa bulan kemudian..
            Setelah lama berhenti jadi agen, hari ini aku kembali. aku mengurung diri lagi di kamar, aku menarik kembali buku diary yang telah lama ku simpan rapat. Aku mulai menulis lagi di lembaran kertas kosong, dan lagi-lagi karerna Senja. Karena Senja yang pernah hadir sebagai cinta dan luka untukku. Senja yang tak lagi disini, Senja yang tak lagi milikku. Senja yang redup. Senja yang ku rindu.
***
06.10.2012
Dear Senja,,,
            Aku tak tahu mengapa malam ini aku begitu merindukanmu, merindukan cahayamu yang telah lama redup bersama kehangatan itu. Senja,,, lagi-lagi aku melihat gambar close up yang terpampang mesra bersama seorang gadis cantik, dan itu gambar wajahmu. Kemesraan dalam gambar itu telah menampar hatiku secara perlahan, namun begitu sakit. Sangat sakit. Dan lagi-lagi aku menangis.
            Senja,,, aku beranikan diri untuk menulis tulisan ini untukmu, walau aku tak cukup berani untuk menyampaikannya langsung padamu. Aku tahu kau tak punya waktu untuk m[embaca tulisan ini, tapi setidaknya aku telah menulisnya. Aku tak berharap kau akan membaca tulisan ini, tapi aku tetap berharap pada Tuhanku, Tuhanmu, Tuhan kita semua, aku harap Tuhan mengijinkanmu membaca tulisan ini walau dalam waktu yang sangat telat sekalipun.
***
            Terimakasih Senja, telah mengajak aku merasakan sejuk kota Bogor, merasakan dinginnya hujan, merasakan panasnya terik matahari, merasakan keindahan pagi dan malam hari. Terimakasih telah membawa aku masuk ke duniamu, menikmati keindahan warna senja bersamamu. Terimakasih untuk cinta dan luka yang sepenuhnya kau beri untukku. Dan terimakasih telah menjadi kenangan manis dan inspirator dalam catatan ini.
***