assalamualaikum

Senin, 01 Oktober 2012

suka sama kamu


Suka sama kamu
Hatiku berkata ingin katakan cinta,
namun aku malu untuk mengawalinya.
Jantungku berdebar saat kau menatapku,
jadi salah tingkah bicara sama kamu.
Bibirku terbungkam melihat senyummu,
aku tak kuasa saat di depanmu.
Sebenarnya aku ingin mengungkapkan rasa,
tapi mengapa aku selalu tak  bisa,
Bagaimana caranya agar dirimu bisa tau,
Kalau aku suka suka suka suka sama kamu.
***
            Lagu d’bagindas yang ini pas banget buat seoundtrack aku dan dia saat ini.
Sebenernya kita udah sering banget ketemu, bahkan papasan wajah di tempat kerja. Tapi kita nggak pernah ngobrol. Nggak tau dia yang pendiem, atau malah akunya. Padahal aku mau banget loh ngobrol sama dia, tapi aku malu. Yaudah jadi diem-dieman terus deh.
Emm, sebenernya nggak enak si diem-dieman gini, padahal kita satu tempat kerja, satu bagian, dan sering banget jaga mesin bareng. Tapi sama-sama nggak kenal nama.
Dia itu mirip banget kak Sam, itu looh kakak kelas aku di SMK. Yang ganteng itu, yang manis. Jalannya, senyumnya, tingkahnya, nggak ada beda deh sama kak Sam. Kayak pinang di belah duren, Lho ? di belah dua maksudnya.
“Tapi apah iya dia kak Sam ?, kak Sam kan pinter, pasti dia kuliah, nggak kerja pabrik kayak gini”. Pikirku membatin. Setiap saat pikiranku memang selalu berkeliling, berputar memikirkan tentang dia. Memprediksi tentang dirinya. Dan hal itu bikin aku nggak sadar, kalo ternyata aku mulai menyukainya. “Dia ganteng” (membatin sambil nyengir).
            “ah apaan sih, masa iya aku suka sama dia. Nggak lah, nggak mungkin, nggak banget. Nggak banget ? iya ngak banget. Bukan karena dia  bukan levelan aku, tapi karena aku yang bukan levelan dia. (y). Dan aku emang nggak boleh suka sama dia. Nggak boleh, nggak boleh”. Aku terus memaki dalam hati.
            Tapi papasan sama dia nggak pernah bisa aku hindari, lagi-lagi dia disini. Dan itu membuat aku semakin sulit melupakan rasa itu.
Aiissshh, dag dig dug, dag dig dug, jantungku berdetak lebih cepat, darahku pun mengalir lebih cepat seakan tak ingin terkalahkan oleh sang jantung. Kayak lagi lomba lari tujuh belasan antara darah dan jantung. Dag dig dug, aiissh tambah cepet. Aku salting banget. Kaki aku berasa lemes buat melangkah. Ya Tuhan rasa apa ini, mengapa aku jadi seperti ini, aku tidak ingin menyukainya Tuhan, aku tidak ingin berharap, aku tidak ingin terluka, aku tidak ingjn mencintai kakak ganteng itu, dan terlebih aku tidak ingin menyakiti dody. Kekasih yang sangat ku cintai. Aku tidak ingin menyakiti siapapun karena perasaan ini. Tiba tiba saja dia membuyarkan spekulasi yang sedari tadi aku kumpulkan.
            “Enggak makan?”. Kakak ganteng bertanya padaku sebagai awal pembicaraan sambil tertawa kecil. Aku menoleh, dan menatapnya. Dia tersenyum padaku.
            “Nanti”. Sahutku singkat.
            “Udah jam setengah dua belas”. Kakak ganteng mengingatkan kembali.
Perhatian banget sih, bikin aku tambah kepedean. Xixixixi. Fikirku dalam hati.
            “Masih kurang lima menit”. Aku memperjelas kembali sambil mengangkat kelima jari tangan kananku di barengi senyum. Duh aku salting banget, pake segala ngangkat jari tangan, norak banget sih aku. Jadi malu.
            “Din ayoo istirahat”. Tiba-tiba saja Tuti datang untuk mengajakku istirahat.
            “Udah di samper tuh sama temen-temennya”. Kakak ganteng memberi tahuku akan kehadiran teman-temanku. Aku menoleh ke belakang, dan segera berlari meninggalkan mesin untuk menuju ke arah teman-temanku.
***
“Din, itu tuh cowok yang gue suka”. Pernyataan Tuti mengagetkanku. Betapa tidak, bahwa laki-laki yang telah menyapaku tadi, yang aku suka, tapi ternyata dia adalah cowok yang Tuti suka dari awal. Berarti, dia juga cowok yang teh Devi suka. Berat banget sainganku, aarrrgghhhtt.. jeritku dalam hati.
“”Cowok itu?, emang dia ganteng apah?”. Tanyaku pada Tuti untuk sekedar menutupi perasaanku.
“iyaa, ikh kalo maskernya di buka tuh tambah ganteng tau. Ayu aja suka”. Tuti memperjelas pendapatnya. Aku hanya tertawa kecil, tapi dalam hatiku pun mengIYAkan pendapat Tuti. “Dia emang ganteng, pantes aja banyak Hawa yang suka”. Fikirku dalam hati. Senyumku pun terus mengembang, mengikuti langkahku. Pikiranku jatuh pada peristiwa lima menit lalu. Kakak ganteng, aku terus memikirkanya sampai tiba di suatu ruang tempat para karyawan makan siang. Kantin.
***
Satu jam berlalu. Istirahat selesai. Aku kembali bergulat dengan benang-benang di mesin 19. Kebetulan kakak yang jaga satu mesin bersamaku ingin pergi sebentar, jadi dia meminta seorang temannya untuk membantuku, agar aku nggak jaga mesin sendirian.
“Duh cowok. Nggak ganteng pula. Kenapa bukan kakak ganteng sih yang di suruh”. Protesku dalam hati.
Tapi kok kakak ganteng bolak balik terus ya, sambil ngeliatan ke arah aku. Apa iya di memperhatikan aku?, tapi aku nggak mau ke-PE-DE-an, akhirnya aku melanjutkan kembali pekerjaanku. Mengisi benang-benang dari mesin nomor 60 sampai 31, dan kakak yang membantuku mengisi benang dari mesin 1 sampai 30.  Dan nggak sengaja aku dan cowok itu bertemu di pertengahan antara mesin 30-31, bukan di sengaja deket-deketan, tapi aku dan dia emang lagi isi benang di nomor masing-masing.
            “WOY”. Tiba-tiba saja suara seorang laki-laki berteriak dengan sangat kencang di depan aku dan cowok itu. aku terkejut, karena ternyata yang teriak adalah kakak ganteng. Apa dia cemburu melihatku berduaan dengan cowok itu ?@#$%^&*()_+#. Apa dia suka denganku? Akh spekulasi nggak penting itu hadir lagi. Aku berharap dia envy.^_^.
Wajar aja sih kalau aku kepedean, itu karena si kakak ganteng kayak ngasih harapan. Dia sering liatin aku, dia negur aku, dia juga seakan cemburu liat aku dan cowok lain jaga mesin bareng. Apa semua itu artinya dia suka sama aku?. Pertanyaan itu nggak pernah aku dapatkan jawabannya. Ya gimana mau tau jawabannya, aku sendiri aja nggak pernah nanya langsung ke dia.
***
Today for you...
Setelah hari kemarin dia bikin aku dag dig dug, juga kepedean, dan nggak karuan. Aku jadi terus-terusan mmikirkan si kakak ganteng. Aku sengaja dandan hari ini, pakai jilbab dan baju yang lebih rapi, juga bawa minyak wangi. Because today for you, handsome. Iya, karena hari ini untukmu tampan. Aku ingin terlihat cantik di hadapanmu, hari ini dan seterusnya. Setibanya di bagian winding, aku langsung menangkap sosoknya, sosok kakak ganteng, sosok yang dari tadi memandang ke arahku.
Dan rasa itu hadir lagi, perasaan dag dig dug saat bersamanya. Today for you, aku merasa hari ini sangat spesial . hari ini untukmu. Aku berpenampilan lebih rapi dari sebelumnya hanya untukmu. Aku harap kau suka. Aku harap kau mengagumiku. Tapi ternyata yang ku dapat bukanlah tatapan hangat penuh kasih sayang darinya, seperti hari-hari sebelumnya.
            “today not for me”. Aku mengucapkan kalimat itu setengah hati. Hari ini sesuatu yang ku takuti dari awal akhirnya terjadi. TERLUKA !, iya aku sangat terluka, karena aku menangkap sosok kakak ganteng sedang asyik ngobrol sambil tertawa dengan teh Sumi. Keakraban itu sangat jelas terlihat oleh sepasang mataku, karena dia berdiri tepat di hadapanku. Sungguh, hatiku sangat terluka, ingin rasanya aku pergi dari tempat itu. ingin sekali.
***
            Nggak kerasa hari minggu berlalu begitu cepat, sekarang udah hari senin lagi. “back to my job”, bosan banget. Apalagi kakak ganteng hari ini nggak ada. Dia masuk malam, jelas banget aku nggak bakal ketemu dia hari ini. Suasana pabrik jadi nggak asik kalau nggak ada kakak ganteng. Aku juga jadi kepikiran terus. Setiap ada cowok seumuran dia lewat aku selalu kebayang cowok itu adalah kakak ganteng, dan lagi-lagi bayanganku salah.
            Hari ini kondisiku lagi nggak vit, terlebih hari ini aku ngangkat-ngangkat benang sendirian. Lelah banget. Seluruh tubuhku berasa lemas sekali. Bukan lemas karena dag dig dug kalau ada kakak ganteng, tapi lemas karena aku sangat lelah, tubuhku basah dengan keringat dingin, kepalaku sangat pusing. Tapi aku mencoba menahan keadaan itu selama satu jam ke depan, sampai jam 12 pas. Tapi di menit kurang 15 aku tak sadar, tubuhku benar-benar lemas, sangat lemas. Dan tiba-tiba saja aku terjatuh, pingsan. Aku segera di gotong ke ruang poliklinik. Disan aku di tangani oleh mba Dwi, hingga aku agak mendingan. Aku akui mba Dwi dan Pak Hendra adalah atasan yang benar-benar baik hati, bijak, dan sangat perhatian pada karyawan.
Kebetulan sekarang sudah masuk waktu istirahat. Mba Dwi dan Ibu Sukarmi mengantarku menuju kantin untuk makan siang. Setelah istirahat, di pukul 14.10 aku kembali bekerja, tetapi perlakuan seorang karyawan kepadaku sangatlah tidak menyenangkan. Dia membentak-bentakku, menyalahkan sesuatu yang bukan kesalahanku. Sungguh aku sangat sakit hati. Kejadian itu membuatku sangat kesal, sakit hati, dan malas untuk kembali ke tempat itu, ke pabrik itu.
Kemalasan itu mmbuatku tidak masuk kerja di esok harinya, dengan alasan sakit. Padahal aku sudah tidak sakit, aku hanya malas kerja, aku masih sakit hati karena kejadian di caci maki kemarin sore.
***
            Hari ini aku sengaja masuk agak telat, karena memang sudah malas bekerja di tempat itu. hari ini juga aku membawa surat pengunduran diriku. Aku sudah tidak kuat bekerja di tempat itu, jiwaku terasa di goncang, batin, dan terlebih ada sesuatu yang mebuat hatiku sedih jika masuk ke tempat itu. aku pun nggak tau kenapa seperti itu. tapi ada yang aku sesali atas pengunduran diriku hari ini. Ada yang aku beratkan untuk meninggalkan pabrik itu. karena ada hati yang aku tinggalkan disana. Ingin sekali aku menangis saat langkah terakhirku meninggalkan tempat itu.
            “Kakak ganteng”.
Sekali lagi hatiku berteriak memanggilnya, aku belu sempat bertemu dia lagi untuk yang terakhir kali. Aku belum sempat punya nomor handphonenya, dan ngenesnya, aku belum sempat tau nama dia. Tapi sekarang aku harus pergi, dan nggak akan pernah ketemu dia lagi. Untuk esok, lusa, dan mungkin seterusnya.
            Kakak ganteng, aku mau kamu tau, kalau aku suka sama kamu. Dan aku harap kamu mau bentuk dan satukan kembali hti yang kamu patahkan di mesin 19 waktu lalu. Aku berdo’a, agar kita bisa bertemu lagi dalam ikatan yang lebih baik. Jadi apapun aku di mata kamu, aku nggak perduli. Yang penting, kamu tetap jdi kakak ganteng aku di mesin 19. Bahagia selalu ya kakak ganteng. Semoga suatu saat kamu ngerti dan sadar akan rasa itu, saat aku udah nggak ada di samping kamu lagi, untuk esok, lusa, dan selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar