assalamualaikum

Senin, 01 Oktober 2012

Roti Bakar






Roti bakar adalah satu dari sejuta kenangan manis tentang dirimu ..
I missing you,,

Roti Bakar
            Malam itu adalah malam pertama kami bertemu lagi setelah dia memutuskan untuk melupakanku seminggu yang lalu. Malam pertama itu pula yang menjadi malam terakhir bagi kami.
Rasa rinduku memintanya untuk membawaku pergi ke perbatasan kota. Di pinggir jalan, putaran ban motor si biru berhenti, aku turun dan duduk terdiam di trotoar jalan, dia pun mengikutiku. Dia duduk di sisi kananku, disodorkannya sebuah baju pantai berwarna putih dengan corak ungu yang sengaja dia belikan untukku saat dia wisata ke Anyer.
Kemudian dia pergi meninggalkanku untuik memesan dua porsi roti bakar dan dua buah es kelapa bulat.
***
            Ini kedua kalinya aku dan dia makan roti bakar di tempat ini, juga untuk yang terakhir. Dua bulan yang lalu dia berhasil membuatku tertawa di tempat ini. Tapi kali ini tidak !, walau aku menyadari betapa dia berusaha membuatku tersenyum, tapi semua sia-sia. Pertengkaran aku dan dia beberapa hari yang lalu membekaskan kata pisah di antara kami. Hal itu membuatku benar-benar terluka. Sungguh aku tak ingin perpisahan itu terjadi, tapi aku tak dapat menghalanginya.
Aku pun mencoba mengerti, bahwa ini yang terbaik untuk kami. Tapi terkadang aku protes, kenapa harus dia ?!. kenapa harus wanita itu yang menggantikanku ?
Aku terus protes, protes, dan protes, hingga akhirnya aku menangis. Lalu aku berfikir, apa jika bukan dengan wanita itu semua bisa lebih baik ?, aku fikir lagi pasti semua sama saja.
Lalu aku biarkan diriku hidup dengan rasa sakit, tanpa ingin beranjak sedikitpun. Setiap hitungan jam aku terus memikirkan, bagaimana untuk merebutnya kembali, atau menjadi teman yang berjalan di belakangnya. Aku selalu ingin tahu apa kabarnya, sedang apa dia sekarang, apa dia bahagia ? atau dia bersedih ?. aku mau tahu itu semua.
Lalu aku beranikan akun facebookku mengirim sebuah permintaan pertemanan pada akun facebook-nya. Hingga akhirnya di blokir olehnya. Kemudian aku kirim lagi permintaan pertemanan lewat akun baru, namun diabaikan begitu saja. Tak perduli ! berusaha lagi !. aku kirim lagi permintaan pertemanan dari akun facebook temanku, dan dia menerimanya. Setelah itu kegiatanku bertambah, bukan hanya sering nge-galau, menangis, atau curhat-curhat nggak penting. Tapi juga aku menjadi pengintip akun facebook-nya. Setiap hari aku buka facebook-nya, aku pahami statusnya, kiriman demi kiriman aku baca, lalu aku pandangi semua foto dia dengan wanitanya, gambar demi gambar ku buka, ku lihat, ku pandangi, ku resapi dalam pikiranku, lalu ku biarkan air mataku terjatuh.
Semua it uterus terulang setiap hari, aku berharap dengan meratapi foto mesranya aku menjadi semakin sakit, menjadi lebih membencinya, hingga semakin mudah melupakannya. Tapi apa yang terjadi ?.
Ya, semua sia-sia !!. aku tak berhasil membencinya, bahkan rasa sakitku memaksanya untuk tetap tinggal di hatiku.
***
            Hari terus berlalu, aku masih saja begitu, menjadi pengintip akun facebook-nya. Tetes demi tetes air mataku terjatuh, mengaliri pipi kiri kananku, bahkan air mataku terjatuh lebih banyak lagi jika ku ingat kenangan bersamanya, atau mungkin kata-kata manis yang pernah diucapnya.
Aku benar-benar terluka, aku tak dapat menghentikan air mataku begitu saja. Setiap kali air mata itu jatuh karena rasa rinduku padanya, aku segera menarik ponselku untuk ku buka aku facebook temanku, lalu ku intip aku facebook-nya. Dan suatu ketika, aku mendapati akun facebook-nya menyebut namaku dalam sebuah coment tepat di status wanitanya, aku tersenyum dan berkata..
“ternyata aku belum terganti”.
***
            Beberapa bulan kemudian aku mendapati lagi akun facebook-nya menulis status teringat dengan seseorang saat dia mengetahui si Dokter baik hati yang merawatnya sama dengan nama seseorang. Kalian tahu siapa nama Dokter itu?..
Iya, Deva. Dan itu namaku, Deva itu namaku. Sekarang aku tak ingin sakit dan terpuruk lagi, karna dalam waktu lamapun dia masih mengingatku, dan kini aku mencoba mengerti, bahwa kata pisah yang dia ucapkan bukan karna ingin melupakanku, tapi dia ingin aku bahagia dengan orang lain. Karna menurutnya, bersamanya hanya membuatku menangis. Dan aku mengerti, bahwa dia tak ingin menyakitiku lebih dari ini.
***
            Roti Bakar, kau tahu? Kau pasti tahu, betapa aku tak ingin kehilangannya. Tapi aku tak bisa melakukan apa-apa kecuali pasrah, dan menerima kenyataan. Roti bakar, maaf… kamu tak terasa manis saat malam itu, karna kisahku tak lagi semanis dulu seperti pertama kali kita bertemu. Hujan malam itu juga tak sedingin malam lalu, karna jiwaku yang sepi tak dapat merasakan apa-apa lagi.
Bintang juga lebih memilih bersembunyi di balik awan hitam, karena bintang tak ingin menjadi saksi malam terakhir bagi aku dan dia. Langit,, malam itu kau menangiskan?. Mungkin kau menangis karena melihatku menangis.
Hujan,, kau tahu?, jika aku menangis aku berharap kau hadir, dan kubiarkan airmu mengalir dan membasahi wajahku, agar tak ada orang lain yang mengetahui bahwa aku sedang menangis.
***
Roti bakar, kau tahu?, sejak kecil aku tak menyukaimu karna minyak yang terlalu banyak di tubuhmu, terlebih kamu adalah satu dari semua jenis makanan yang tak boleh di serap oleh tubuhku. Tubuhku pernah merasa sangat sakit saat ku makan sepotong roti bakar buatan kakakku, dan sejak itu aku menjadi sangat membenci makhluk yang bernama roti. Tapi ketika ku teringat kembali kisah beberapa bulan yang lalu, tanpa ku sadari ternyata di balik perihnya roti ada banyak kenangan manis tentang aku dan dia. Lalu ku coba merasakan potongan demi potongan sebuah roti. Larangan semua orang di sekelilingku kubiarkan begitu saja. Ku nikmati lagi semua potongan roti-roti itu, dank u rasakan tubuhku baik-baik saja. Hingga akhirnya aku menjadi sangat mencintai roti bakar, seperti aku mencintai dia.
Karena di balik sepotong roti bakar, terselip berjuta kenangan manis bersama dia. Roti bakar, kamu mengingatkanku dengan dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar